Bab 15
Kemunculan
Pada saat itu para Bodhisatva Mahasatva yang telah berkumpul dari dunia-dunia yang jumlahnya melampaui pasir-pasir di 8 sungai Gangga, semuanya berdiri ditengah-tengah pesamuan agung itu. Dengan tangan terkatup, mereka bersujud dan berkata: “Yang Maha Agung! Andaisaja Beliau mentitahkan, maka dimasa sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti, kami akan senantiasa membaca, menghafalkan, menulis dan memuliakan Sutra ini serta menyiarkannya diseluruh dunia Saha.”
Kemudian Sang Buddha menyapa para Bodhisatva Mahasatva itu, seraya berkata: “Cukuplah putera-puteraKu yang baik! Tiada perlu lagi kalian melindungi Sutra ini didalam dunia Saha ini. Mengapa? Karena betapapun juga didalam dunia sahaKu ini terdapat para Bodhisatva Mahasatva sejumlah pasir-pasir di 60 ribu sungai Gangga, yang masing-masing disertai oleh para pengikut sejumlah pasir-pasir di 60 ribu sungai Gangga. Sesudah kemokshaanKu nanti, mereka akan melindungi, membaca, menghafalkan dan menyiarkan Sutra Teratai ini.”
Ketika Sang Buddha baru saja selesai bersabda demikian, seluruh bumi pertiwi bergetar dalam 6 cara berbeda dan terbelah buka. Dari tengah-tengahnya muncul ribuan, puluhan ribu koti Bodhisatva Mahasatva yang tak terbatas banyaknya (Tak terlihat oleh manusia awam). Mereka bertubuh keemasan dengan 32 tanda kemuliaan dan kecemerlangan yang tiada taranya. Sebelumnya, mereka berkediaman dalam kehampaan dunia Saha ini. Ketika mendengar suara Sang Shakyamuni berceramah, semuanya muncul keluar dari kawasan bawah.
Masing-masing Bodhisatva Mahasatva ini membawa dengannya para pengikut sejumlah pasir-pasir di 60 ribu sungai Gangga. Lebih-lebih lagi mereka yang membawa para pengikut sejumlah pasir-pasir di 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu, 20 ribu ataupun 10 ribu sungai Gangga. Lebih-lebih lagi mereka yang membawa para pengikut sejumlah pasir-pasir di satu, setengah, seperempat, seperseribu, sepersepuluhribu ataupun seperkoti sungai Gangga. Lebih-lebih lagi mereka yang membawa 10 ribu koti pengikut, 10 koti pengikut, 1 koti pengikut, ataupun 10 ribu pengikut. Lebih-lebih lagi mereka yang membawa 1,000 penganut, 100 penganut, 10 penganut, 5 penganut, 4 penganut, 3 penganut, 2 penganut atupun hanya 1 penganut. Lebih-lebih lagi mereka yang datang sendirian. Bodhisatva-Bodhisatva demikian tak terbatas, tak terhingga, diluar hitungan maupun perumpamaan.
Seluruh kelompok Bodhisatva-Bodhisatva ini terbang ke langit menuju ke stupa permata didalam mana Buddha Prabhutaratna dan Buddha Shakyamuni duduk bersila. Kemudian mereka bersujud dihadapan ke 2 Yang Maha Agung serta para Buddha yang berasal dari Shakyamuni. Sesudah itu, mereka mengitari ke 2 Tathagata sebanyak 3 kali, mengatupkan tangan dan memujaNya dengan segala macam lagu pujian KeBodhisatvaan selama 50 kalpa kecil disaat mana Buddha Shakyamuni duduk tiada bergerak baik jiwa dan raga, dan begitu pula dengan ke 4 golongan pendengar (Bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika). Berkat daya kekuatan gaib Sang Buddha, 50 kalpa kecil itu terasa bagaikan setengah hari saja. Sesudah waktu itu, seluruh kelompok para Bodhisatva itu berdiri pada satu sisi dan memandang ke arah Buddha Shakyamuni dan Buddha Prabhutaratna dengan penuh gembira.
Pada saat itu ke 4 golongan pendengar, juga karena berkat daya kekuatan gaib Sang Buddha, menyaksikan seluruh Bodhisatva-Bodhisatva memenuhi langit di ratusan, ribuan, puluhan ribu koti kawasan yang tak terbatas jumlahnya. Diantara Bodhisatva-Bodhsiatva itu terdapat 4 pemimpin terkemuka. Pertama adalah Visishtakaritra (Terunggul). Kedua adalah Anantakaritra (Tiada Batas). Ketiga adalah Visudhakaritra (Murni). Keempat adalah Supratishthitakaritra (Teguh). Ke 4 Bodhisatva Mahasatva ini adalah ketua terkemuka dan merupakan guru pemimpin diantara seluruh kelompok Bodhisatva tersebut. Dihadapan pesamuan agung itu, masing-masing Bodhisatva dengan tangan terkatup memandang Buddha Shakyamuni, seraya bertanya: “Yang Maha Agung! Apakah Beliau baik-baik saja? Apakah Beliau cemas? Apakah Beliau nyaman? Apakah mereka yang hendak Beliau selamatkan siap menerima ajaran-ajaranMu? Apakah usaha-usaha tersebut membuat Beliau menjadi letih?”
Kemudian ke 4 Bodhisatva Mahasatva itu berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah mereka dengan syair:
Apakah Yang Maha Agung nyaman sentosa,
tanpa penyakit ataupun kecemasan?
Apakah Beliau tidak lelah
dalam mengajar dan membina para mahluk?
Apakah para mahluk bersedia
menerima ajaran-ajaran Beliau?
Apakah usaha-usaha tersebut
membuat Beliau menjadi letih?
Kemudian ditengah-tengah pesamuan agung para Bodhisatva tersebut, Sang Buddha bersabda demikian: “Begitulah, begitulah, putera-puteraKu yang baik! Sang Tathagata baik-baik saja, tanpa penyakit maupun kecemasan. Umat-umat ini mudah dibina dan diselamatkan. Aku pun tidak lelah maupun letih. Mengapa? Karena betapapun juga umat-umat ini di kehidupan demi kehidupan telah dibina olehKu. Lagipula, mereka telah memuliakan para Buddha terdahulu serta menanam akar-akar kebajikan. Maka ketika mendengar ceramahKu, semuanya menerima dengan penuh keyakinan dan segera memasuki ke dalam kebijaksanaan Sang Tathagata, terkecuali mereka yang pada awalnya menjalankan Kendaraan Kecil. Namun kini, Aku akan menceramahkan Sutra Kendaraan Besar ini membina mereka masuk kedalam kebijaksanaan Buddha.”
Kemudian ke 4 Bodhisatva Mahasatva mengucapkan syair:
Bagus sekali, bagus sekali,
Pahlawan Agung, Yang Maha Mulia!
Mahluk-mahluk ini mudah dibina dan diselamatkan.
Mereka dapat menanyakan tentang
kebijaksanaan Buddha yang mendalam itu.
Dan sesudah mendengarnya,
mereka dapat mempercayai dan memahaminya.
Oleh karenanya, kami turut bersuka cita.
Kemudian Yang Maha Agung memuji ke 4 Bodhisatva Mahasatva pemimpin, seraya berkata: “Bagus sekali, bagus sekali, putera-puteraKu yang baik! Kalian dapat turut bersuka cita untuk Sang Tathagata.”
Kemudian Bodhisatva Mahasatva Maitreya berserta kelompok para Bodhisatva sejumlah pasir-pasir di 8 ribu sungai Gangga, semuanya merenungkan: ‘Semenjak dahulu kala, belum pernah kami menyaksikan ataupun mendengar kelompok besar para Bodhisatva Mahasatva yang sedemikian banyaknya tiba-tiba muncul dari bumi. Semuanya berdiri dihadapan Yang Maha Agung dan dengan tangan terkatup memuliakan Sang Tathagata!’
Kemudian Bodhisatva Mahasatva Maitreya yang menyadari pikiran mereka dan karena berhasrat pula memecahkan keraguannya sendiri, maka dengan tangan terkatup ia menghadap Sang Buddha, seraya mengucapkan syair:
Ribuan, puluah ribu koti Bodhisatva yang tak terhitung,
Semuanya belum pernah kami temui sebelumnya –
Berkenanlah Sang Buddha untuk menjelaskan asal usul mereka.
Apakah sebab musabab munculnya Bodhisatva-Bodhisatva ini
sehingga semuanya datang berkumpul disini?
Tubuh mereka demikian besarnya,
Dimilikinya kekuatan maha gaib dan kebijaksanaan yang tak terbayangkan.
Mereka adalah Bodhisatva-Bodhisatva
yang bertekad teguh, bersemangat dan digemari para mahluk –
Dari manakah mereka berdatangan?
Masing-masing Bodhisatva ini membawa dengannya
para pengikut sejumlah pasir-pasir di sungai Gangga.
Adapun yang memimpin para pengikut
sejumlah pasir-pasir di 60 ribu sungai Gangga.
Semuanya dengan sepenuh hati menghendaki Jalan Buddha.
Pemimpin-pemimpin agung demikian sejumlah pasir-pasir di 60 ribu sungai Gangga.
Semuanya telah datang berkumpul untuk memuliakan Sang Buddha,
melindungi dan menjunjungi Sutra Teratai ini.
Lebih-lebih lagi mereka yang membawa pengikut-pengikut
sejumlah pasir-pasir di 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu,
20 ribu, 10 ribu, 1 ribu, 100 ataupun 1 sungai Gangga.
Lebih-lebih lagi mereka yang membawa pengikut-pengikut
sejumlah pasir-pasir di setengah, sepertiga, seperempat
hingga seper sepuluh ribu koti sungai Gangga.
Lebih-lebih lagi mereka yang membawa
10 ribu koti pengikut, 10 koti pengikut,
1 koti pengikut, ataupun 10 ribu pengikut.
Lebih-lebih lagi mereka yang membawa
1,000 penganut, 100 penganut, 10 penganut, 5 penganut,
4 penganut, 3 penganut, 2 penganut ataupun 1 penganut.
Lebih-lebih lagi mereka yang datang sendirian.
Bodhisatva-Bodhisatva tersebut tak terbatas jumlahnya,
diluar hitungan maupun perumpamaan.
Meski seseorang menghitungnya selama
banyak kalpa bagaikan pasir-pasir di sungai Gangga,
tidak mungkin ia dapat mentuntaskannya.
Kelompok-kelompok para Bodhisatva ini
berkewibawaan agung dan berkebajikan luhur –
Siapakah yang mengajar dan membina mereka?
Dari siapakah mereka berbodhicita untuk pertama kalinya?
Dharma Buddha manakah yang mereka puja?
Sutra Buddha manakah yang mereka junjungi?
Bodhisatva-Bodhisatva ini memiliki
daya kekuatan gaib dan kebijaksanaan.
Bumi di 4 penjuru bergetar dan terbelah buka,
dan dari tengah-tengahnya muncul kelompok
Bodhisatva Mahasatva yang tak terhitung jumlahnya.
Yang Maha Agung, semenjak dahulu kala,
belum pernah aku (Maitreya) menyaksikan hal demikian.
Sudilah kiranya Beliau menjelaskan kepada kami asal usul mereka.
Aku senantiasa berkelena kian kemari dari dunia ke dunia,
namun belum pernah aku menyaksikan hal demikian.
Dari seluruh kelompok-kelompok ini tiada satupun yang ku kenal.
Tiba-tiba mereka muncul dari tengah-tengah bumi –
Berkenanlah Beliau untuk menjelaskan sebab musabab hal ini.
Anggota-anggota pesamuan agung ini
sejumlah ratusan ribu koti yang tak terbatas,
dan semuanya berhasrat mengetahui sebab musabab hal ini.
Bagamanakah jalan kisahnya Bodhisatva-Bodhisatva ini?
Wahai Yang Maha Agung, Sang Maha Bajik Yang Tiada Tara!
Sudilah kiranya Beliau memecahkan segenap keraguan kami.
Setiap Bodhisatva pedamping yang telah tiba dari puluhan ribu koti dunia yang tak terjumlah, bertanya kepada Buddhanya masing-masing: “Yang Maha Agung, kelompok besar Bodhisatva yang tak terhitung, tak terbatas dan tak terhingga ini, dari manakah mereka datang?”
Kemudian masing-masing Buddha menjawab Bodhisatva pendampingnya: “Wahai putera-puteraKu yang baik! Tunggulah sebentar. Bodhisatva Mahasatva Maitreya telah diramalkan oleh Buddha Shakyamuni sebagai Buddha berikutnya (Sementara ini, Maitreya berkediaman di surga Tusita bagian dalam). Ia telah menanyakan tentang peristiwa ini dan kini Sang Buddha akan menjawabnya. Dengarlah baik-baik.”
Pada saat itu Buddha Shakyamuni menjawab Bodhisatva Maitreya: “Bagus sekali, bagus sekali, Ajita! Engkau telah menanyakan Sang Buddha tentang peristiwa penting ini. Curahkanlah diri kalian dengan penuh semangat. Sang Tathagata hendak mengumumkan dan membentangkan kebijaksanaan Tathagata, daya kekuatan gaib Buddha yang bagaikan Sang Simba.”
Kemudian Yang Maha Agung berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:
Curahkanlah diri kalian dengan penuh semangat,
karena kini Aku berkehendak menjelaskannya.
Janganlah ragu ataupun bimbang –
Kebijaksanaan Sang Buddha tak terbayangkan.
Berteguhlah dalam keyakinan, ketabahan dan kedamaian.
Dharma yang belum pernah didengar sebelumnya,
akan kalian dengar sekarang juga.
Janganlah ragu ataupun gelisah.
Apa yang diucapkan Sang Buddha tiada lain,
terkecuali kebenaran belaka!
KebijaksanaanNya tak terbatasi.
Dharma terkemuka yang telah diperolehNya,
dalam tak terbayangkan dan tiada dapat dianalisakan.
Namun kini Beliau hendak membentangkannya –
Dengarkanlah dengan sepenuh hati.
Kemudian Yang Maha Agung menyapa Bodhisatva Maitreya, seraya berkata: “Wahai Ajita (Maitreya)! Sekarang Aku nyatakan kepada kalian semua. Bodhisatva Mahasatva agung yang jumlahnya sekian asamkhyeya yang tak terhitung dan tak terbatas jumalahnya ini, yang telah muncul dari tengah-tengah bumi pertiwi, dan yang belum pernah kalian temui sebelumnya; Semenjak Aku mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi di dunia Saha ini, senantiasa Aku mengajar, membina dan membimbing seluruh kelompok Bodhsiatva ini, menyebabkan mereka berbodhicita di Jalan KeBuddhaan. Seluruh kelompok Bodhisatva ini telah kian lama berkediaman didalam kehampaan bumi dibawah dunia Saha ini. Semuanya membaca, menghafalkan dan memahami bermacam-macam Sutra, merenungkan, menjelaskan serta meresapinya.
“Wahai Ajita! Para Bodhisatva ini tidak suka berketetapan dan berbincang-bincang (bergossip) diantara khalayak ramai. Mereka senantiasa menyenangi tempat-tempat bunyi dimana mereka mengerahkan seluruh ketekunan. Mereka tiada pernah melalai diantara para dewata maupun manusia, tetapi senantiasa menyenangi kebijaksanaan mendalam, bebas dari segala rintangan. Dengan penuh semangat, mereka menghendaki Jalan Buddha.”
Kemudian Yang Maha Agung berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:
Wahai Ajita! Ketahuilah bahwa
seluruh kelompok Bodhisatva-Bodhisatva agung ini
semenjak sekian kalpa yang tak terbatas lamanya
telah melaksanakan kebijaksanaan Sang Buddha.
Semuanya telah dibina olehKu.
Akulah yang membimbing mereka masuk ke Jalan Agung.
Mereka adalah putera-puteraKu.
Semuanya berkediaman didalam kehampaan bumi,
senantiasa menjalankan pelaksanaan dhuta (Disiplin ketat),
mengasingkan diri dan menjauhi khalayak ramai,
tiada pernah suka berbincang-bincang (bergosip).
Dengan demikian putera-puteraKu ini,
mengikuti dan menjalankan DharmaKu.
Siang dan malam, mereka sepenuhnya
mencurahkan diri di Jalan KeBuddhaan,
berkediaman didalam kehampaan bumi,
menyelami berbagai tingkat samadhi,
senantiasa menghendaki kebijaksanaan sempurna,
dan menceramahkan Dharma tanpa gentar.
Tidak jauh dari kota Gaya (India),
Aku duduk dibawah pohon Bodhi,
mencapai pencerahan sempurna.
Kemudian Aku memutar roda Dharma yang tiada tara,
Mengajar dan membina mereka,
menyebabkan semuanya berbodhicita di Jalan Buddha.
Kini mereka telah mencapai tingkat tiada surut
(Bodhisatva tingkat 08 dari 10)
dan semuanya kelak mencapai KeBuddhaan.
Apa yang Aku tuturkan kini adalah yang sesungguhnya –
Yakinilah dengan sepenuh hati!
Semenjak dahula kala, Aku telah mengajar dan membina
seluruh kelompok Bodhisatva Mahasatva ini.
Pada saat itu Bodhisatva Mahasatva Maitreya, beserta para Bodhisatva lainnya, menjadi ragu dan bimbang. Mereka heran akan hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya dan merenungkan: ‘Bagaimana mungkin Yang Maha Agung dalam waktu yang begitu singkat telah mengajar dan membina sekian banyak para Bodhisatva yang tiada hitungan, serta menyebabkan semuanya bertekad akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi?’
Kemudian Bodhisatva Maitreya bertanya kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Tidaklah lama semenjak Beliau meninggalkan istana Shakyanya untuk pergi ke Teras Penerangan dan kemudian mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi. Semenjak waktu itu belumlah berlalu 40 tahun. Yang Maha Agung! Bagaimana mungkin dalam waktu begitu singkat Beliau dapat melaksanakan tugas-tugas Buddha yang sedemikian melimpah ruah? Apakah berkat daya gaib Sang Buddha atau apakah berkat karunia Sang Buddha sehingga Beliau dapat mengajar dan membina kelompok para Bodhisatva agung yang tak terjumlah serta menyebabkan mereka bertekad akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi? Yang Maha Agung! Seandainya seseorang menghitungnya selama ribuan, puluhan ribu koti kalpa, namun belum juga mereka dapat mentuntaskan jumlahnya. Semenjak dahulu silam, mereka telah menanam akar-akar kebajikan, menjalankan KeBodhisatvaan, dan melaksanakan KeBrahmaan dihadapan para Buddha yang tak terbatas jumlahnya. Oleh karenanya, sulit dipercayai bahwa seluruh kelompok para Bodhisatva yang telah muncul dari dalam bumi dan yang tak terbatas jumlahnya, semuanya telah dibina dan dibimbing oleh Sang Buddha (Shakyamuni).
“Seandainya saja terdapat seorang pemuda yang berusia 25 tahun, berwajah tampan dan berambut hitam. Kemudian ia menunjuk seorang yang berusia 100 tahun seraya berkata: “Ini adalah anakku!” Dan orang yang berusia 100 tahun itu juga menunjuk si pemuda seraya berkata: “Ini adalah ayah yang mengasuh dan membesarkanku.” Maka hal ini sukar dipercayai, seperti apa yang dikatakan oleh Sang Buddha sekarang ini.
Belum begitu lama semenjak Sang Buddha mencapai KeBuddhaan. Namun kelompok besar para Bodhisatva agung ini, semenjak lama telah mencurahkan diri di Jalan KeBuddhaan. Mereka telah menyelami serta mencapai ratusan, ribuan, puluhan ribu koti samadhi yang tak terbatas. Mereka telah pula memperoleh daya kekuatan maha gaib dan semenjak lama telah melaksanakan KeBrahmaan maupun ajaran-ajaran Dharma, serta pandai menjawab pertanyaan-pertanyaan rumit. Para Bodhisatva ini jarang ditemui, bagaikan permata diantara manusia. Namun kini Yang Maha Agung, menyatakan kepada kami bahwa Beliau telah mengajar, membina, membimbing serta menyebabkan seluruh kelompok para Bodhisatva ini berbodhicita untuk pertama kalinya akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi.
“Yang Maha Agung! Belum begitu lama semenjak Beliau mencapai KeBuddhaan. Namun demikian, Beliau telah melaksanakan tugas-tugas Buddha yang kian melimpah ruah. Kami yakin terhadap Sang Buddha, bahwa Beliau menceramahkan Dharma sesuai dengan apa yang tepat, bahwa ajaran-ajaranNya tiada keliru, bahwa pengetahuan Sang Buddha kian luas dan menyeluruh. Akan tetapi, sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti, bilamana Bodhisatva (awam) baru saja memulaikan Jalan KeBodhisatvaannya mendengar pernyataan ini, maka mereka tidak akan meyakini ataupun menerimanya, tetapi menolak apa yang telah disabdakan oleh Sang Buddha. Oleh karenanya, Yang Maha Agung! Sudilah kiranya Beliau untuk menjelaskannya agar segenap keraguan kami sirna dan agar putera-putera baik digenerasi mendatang nanti tidak akan timbul keraguan dihati mereka ketika mendengar peristiwa ini.”
Kemudian Bodhisatva Mahasatva Maitreya berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah ia dengan syair:
Tidak begitu lama semenjak Sang Buddha meninggalkan istana Shakyanya,
untuk berangkat pergi ke Teras KeBodhian tidak jauh dari kota Gaya.
Namun demikian putera-putera Buddha ini,
Bodhisatva-Bodhisatva yang tak terbatas jumlahnya
semenjak lama telah melaksanakan Jalan KeBuddhaan,
dan memperoleh daya kegaiban dan kebijaksanaan.
Mereka tekun menjalankan KeBodhisatvaan, tak ternodai,
bagaikan bunga teratai didalam kolam.
(Meski berakar dikolam yang kotor, namun bunganya bersih berkilau)
Muncul dari tengah-tengah bumi pertiwi,
semuanya berdiri dengan takzim dihadapan Yang Maha Agung.
Hal yang sulit dibayangkan –
Bagaimana mungkin seseorang dapat mempercayainya?
Sang Buddha baru saja mencapai Jalan Agung,
namun Beliau telah membawa keberhasilan yang kian melimpah ruah
bagi para Bodhisatva yang tak terbatas jumlahnya.
Sudilah kiranya Beliau menjawab segenap keraguan kami.
Hal ini seperti seorang pemuda berusia 25 tahun yang menunjuk
seorang tua berusia 100 tahun dengan rambut yang telah memutih
dan wajah yang berkeriput, seraya berkata: “Akulah pengasuhnya!”
Si orang tua juga berkata kepada si pemuda: “Inilah ayahku!”
Sang ayah muda, sedang Sang anak tua –
Tiada yang akan mempercayainya.
Demikian pula dengan Yang Maha Agung.
Baru saja Beliau mencapai KeBuddhaan,
namun seluruh kelompok para Bodhisatva ini
teguh tekadnya, bukanlah kekanak-kanakan.
Semenjak sekian kalpa yang tak terbatas,
mereka tekun menjalankan KeBodhisatvaan.
Para Bodhisatva ini pandai menjawab pertanyaan-pertanyaan rumit.
Mereka bertekad teguh dan bersemangat;
Berwatak jujur dan berkebajikan luhur.
Senantiasa dipuji oleh para Buddha di 10 penjuru,
mereka pandai menceramahkan Dharma sesusai dengan apa yang tepat.
Karena menghendaki Jalan KeBuddhaan,
mereka tiada pernah berketetapan diantara khalayak ramai.
Berkediaman didalam kehampaan bumi,
senantiasa mereka mendalami tingkat-tingkat samadhi.
Kami yang mendengar hal ini dapat meyakininya.
Tetapi demi segenap umat digenerasi mendatang,
sudilah kiranya Beliau untuk menjelaskannya.
Jika seseorang ragu dan menentang Sutra ini,
maka ia akan terjerumus ke 3 alam sengsara.
(1.Neraka 2.Setan lapar 3.Hewan)
Oleh karenanya, berkenanlah Beliau untuk menjelaskannya.
Bodhisatva-Bodhisatva yang tak terjumlah ini –
Bagaimanakah Beliau dalam waktu yang sedemikian singkat
mengajar, membina dan membimbing sekian banyak Bodhisatva
serta menyebabkan mereka bertekad di Jalan Buddha?