Oleh : Eka Saptatih (Mahasiswa STAB-Dutavira)
Pada zaman Buddha Gotama, Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang mimpi-mimpi yang aneh, dan ingin mengetahui apakah itu meramalkan kejadian yang baik atau buruk.
Kemudian brahminnya dan pendetanya datang kepadanya dengan hormat membungkukkan badan bertanya apakah junjungannya tidur dengan nyenyaknya.
"Bagaimana saya bisa tidur nyenyak?" jawab sang Raja. Baru saja pada dini hari saya bermimpi enam belas mimpi yang sangat aneh dan saya telah merasa ngeri sejak itu! Beritahulah saya pemimpinku apa artinya semua itu.”
"Kita akan dapat menilainya begitu mendengarkannya," jawab brahmin. Kemudian Raja menceritakan kepada mereka tentang mimpinya, dan bertanya tanggung jawab apa yang dibebankan kepadanya atas mimpi-mimpi itu.
Brahmin mulai meremas-remas tangannya. "Mengapa engkau meremas tanganmu, brahmin?" Raja bertanya.
"Karena, tuanku, ini adalah mimpi-mimpi setan."
"Apakah yang akan menjadi hasil mimpi itu?" kata Raja.
"Salah satu dari tiga malapetaka ini, membahayakan kerajaan Tuanku, kehidupan Tuanku ataupun kekayaan Tuanku," jawab brahmin.
"Apakah ada penangkalnya, atau tidak?" tanya Raja.
"Niscaya mimpi-mimpi itu sendiri begitu mengancam sepertinya tidak ada penangkalan. Namun demikian kita akan mendapatkan penangkalnya. Kalau tidak, apalah gunanya banyak belajar dan berguru?" sahut brahmin.
"Lalu apa usulmu untuk menghindari setan itu?" tanya Raja kembali.
"Dimana saja ada persimpangan empat, kita memberikan korban, Yang Mulia," jawab brahmin.
"Pemimpinku," teriak Raja dalam ketakutannya, "hidupku ada di dalam tanganmu ; percepat dan kerjakanlah demi keselamatanku.”
“Sejumlah besar uang dan sejumlah besar makanan dari setiap macamnya akan menjadi milik kita." pikir brahmin yang kesenangan, dan mengimbau kepada Raja untuk tak usah kawatir, lalu mereka meniggalkan istana.
Di luar kota mereka menggali lubang untuk pengorbanan dan mengumpulkan sekelompok binatang berkaki empat, yang utuh tanpa cacat dan berbagai burung. Namun mereka masih menemukan sesuatu yang kurang, dan mereka terus kembali kepada Raja minta ini, minta itu dan lain-lainnya.
Apa yang mereka perbuat diawasi oleh Ratu Mallika, yang akhirnya mendatangi Raja dan bertanya, apa gerangan sebabnya brahmin ini terus menerus mendatangi Raja.
“Saya iri padamu," kata Raja, “seekor ular di dalam telingamu dan engkau tak perlu mengetahuinya!"
"Apakah Yang Mulia maksudkan?" tanya Ratu Mallika.
"Saya telah bermimpi, oh mimpi yang sedemikian sial!” jawab Raja ketakutan.
“Brahmin itu memberitahukan Saya bahwa mimpi itu menunjuk kepada tiga malapetaka, dan mereka ingin memberikan pengurbanan untuk menangkal setan ini. Dan inilah yang menyebabkan mereka begitu sering datang kemari," lanjut Raja.
"Akan tetapi apakah Yang Mulia telah minta pendapat ketua Brahmin baik di dunia ini maupun di dunia manapun dan di dunia dewa?" tanya Ratu Mallika.
“Siapa, maukah ia membantu, sayangku?" pinta Raja.
"Apakah Yang Mulia tak tahu ketua tokoh terkemuka untuk seluruh dunia, yang murni dan tahu semuanya, guru brahmin yang tiada nodanya? Dengan pasti, ia yang penuh berkah, akan mengerti mimpi-mimpimu. Pergi dan tanyalah ia," jawab Ratu Mallika.
"Kalau demikian, saya akan pergi, Ratuku," Raja berkata.
Maka pergilah ia ke biara, memberi hormat kepada Sang Guru dan duduk. "Doa apa yang membawa Yang Mulia kemari di hari yang masih amat pagi ini?" Sang guru bertanya dengan nada suara yang manis
"Tuan," Raja berkata. "Baru saja sebelum fajar saya bermimpi enambelas mimpi aneh, yang sangat mencemaskan saya, sehingga saya menceritakan mimpi-mimpi itu kepada brahmin. Mereka memberitahukan saya bahwa mimpi-mimpi itu adalah alamat jahat (setan), dan bahwa untuk menangkal malapetaka yang mengancam itu mereka harus memberikan kurban dimana saja ada perempatan jalan. Dan karenanya mereka menjadi sibuk dengan persiapan-persiapannya, dan banyak binatang-binatang hidup menjadi takut akan kematiannya di depan mata mereka. Akan tetapi saya mohon kepadamu, yang menjadi ketua terkemuka atas dunia manusia dan dewa, engkau yang punya pengetahuan tentang masa lalu masa sekarang dan akan datang, Saya mohon kepadamu untuk memberitahu saya apa ramalanmu atas mimpi saya itu."
“Benar Yang Mulia, tak ada orang lain kecuali Saya, yang dapat memberitahu apa arti mimpi Tuanku atau apa yang bakal akan terjadi. Saya akan memberitahu Yang Mulia hanya, pertama-tama tolong beritahu Saya mimpi Yang Mulia seperti apa Yang Mulia lihat."
Mimpi ke-1
Mimpi tentang empat ekor sapi yang kuat, berlari dengan garang dari empat jurusan ke arah satu dengan yang lainnya bagaikan mereka akan saling bertarung dalam kemarahan. Ketika keempat sapi itu bertemu, mereka bukannya bertarung, melainkan melangkah mundur dan berjalan meninggalkan satu sama lain.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, akan ada bencana alam. Hujan akan turun bukan pada musimnya. Akan ada mendung tebal bergerak dari 4 jurusan bagaikan akan turun hujan lebat di bumi. Ketika keempat gumpalan mendung ini saling mendekat, mereka kemudian bergerak pergi tanpa hujan di bumi. Benih-benih padi di sawah dan tumbuh-tumbuhan semuanya akan kering dan layu. Banyak manusia dan hewan akan mati kelaparan. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-2
Mimpi tentang pepohonan muda yang belum cukup tua, tetapi sudah berbunga dan berbuah, dan karena sarat dengan bunga dan buah maka ranting-ranting mereka tampak tidak kuat menahannya.
Artinya: Jauh di masa yang akan datang, para gadis yang masih sangat muda sudah ingin bersuami, sudah ingin menikah dan berkeluarga, karena mereka dipenuhi oleh hasrat dan nafsu. Batin mereka akan sangat menginginkan kesenangan-kesenangan inderawi. Mereka akan menikmati tubuh, suara, bau, rasa, dan sentuhan kulit serta membutuhkan kenikmatan seksual dan hasrat nafsu. Akan menjadi suatu hal yang biasa bagi pasangan-pasangan untuk menikah pada usia yang sangat muda. Mereka tidak akan merasa malu menuruti hasrat hatinya dalam kehidupan seks seperti binatang. Ketika mereka hamil, mereka berusaha untuk bebas dari bayi itu, meskipun hal itu merupakan perbuatan yang penuh dosa. Sebagian anak masih akan hidup dengan orang tua mereka, tetapi yang lainnya tidak diurus lagi dan menjadi pengemis, hidup sendiri dan menggelandang, tanpa orang tua atau keluarga yang bisa memberikan pendidikan atau tempat untuk hidup. Mereka akan tidur dimana saja.
kadangkala mereka bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan, tetapi kadangkala mereka kelaparan. Akan terjadi keadaan yang sangat menyengsarakan. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang. Mereka yang dilahirkan pada masa itu harus menghadapinya.
Mimpi ke-3
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sekawanan sapi dan lembu jantan yang menyusui kepada anak-anak mereka.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orangtua akan terpaksa bergantung pada hasil keringat anak-anak mereka. Mereka harus hidup dari makanan dan keperluan lainnya, termasuk uang, yang disediakan, yang disediakan oleh anak-anak mereka. Pada saat itu, para orang tua harus menyenangkan dan menyanjung anak-anak mereka setiap saat. Jika anak-anak senang kepada mereka, mereka akan memberi uang kepada orang tuanya. Jika tidak, orang tua tak akan mendapatkan apapun. Kejadian ini akan terjadi jauh dimasa yang akan datang.
Mimpi k-4
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang orang yang memaksa sapi kecil dan muda untuk menarik kereta. Ketika mereka tidak bisa melakukannya, mereka dipukul.
Artinya : Jauh dimasa yang akan datang, orang-orang cenderung akan membiarkan mereka yang baru lulus memikul tugas-tugas administratif negara yang berat. Meskipun kaum muda memiliki pengetahuan, tetapi mereka belum punya pengalaman, kecapakan, keahlian, dan kecermatan dalam hal mengelola persoalan-persoalan ekonomi, politik dan sosial. Mereka akan berbuat kesalahan dan membuat kemunduran. Kurangnya tanggung-jawab mereka akan menyebabkan defisit perdagangan dan kehancuran pada negara serta perkembangannya. Mereka menjadi sasaran cercaan masyarakat. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-5
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang seekor kuda dengan satu kepala tetapi bermulut dua. Ia terus merumput melalui kedua mulutnya dan tampaknya tidak pernah cukup.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, para hakim akan sedemikian liciknya sehingga mereka akan menerima uang suap dari kedua belah pihak dari satu kasus yang mereka tangani, baik dari pihak penggugat maupun dari pihak tergugat. Mereka mengharapkan sesuatu dari mereka. Mereka meminta tidak sedikit untuk kasus-kasus serius. Jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka minta, mereka tidak akan menangani kasus itu. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-6
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang tentang sekelompok orang yang mengorbankan talam emas yang berharga, sebagai tempat buang hajad (kencing dan berak) bagi serigala-serigala.
Artinya : Jauh dimasa yang akan datang, orang-orang dungu akan membiarkan ajaran-ajaran Buddha Gotama (Dhamma), disalah-gunakan dan dihancurkan oleh berbagai pemujaan keagamaan dengan cara memodifikasi Dhamma agar sesuai dengan ajaran-ajaran mereka sendiri yang tidak murni dan penuh nafsu.
Kemudian mereka akan mengatakan bahwa ajaran Buddha Gotama merupakan bagian dari kepercayaan mereka. Banyak orang yang kemudian akan salah mengerti, mengira bahwa ajaran Buddha Gotama itu setara dengan kepercayaan-kepercayaan lain tersebut, dan karenanya, sama saja. Kenyataannya cara-cara pemujaan itu tidak mengerti sama sekali nilai dari ajaran Buddha Gotama. Orang-orang seperti mereka itu akan muncul ketika Buddha Gotama telah mencapai Parinibbana. Akan ada begitu banyak cara pemujaan yang menyatakan bahwa mereka adalah agama yang benar.
Mimpi ke-7
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang seorang yang duduk di bangku menganyam kulit harimau menjadi seutas tali, dan seekor serigala memakannya secepat tali itu selesai dianyam.
Artinya : Jauh dimasa yang akan datang, orang-orang dungu dengan moralitas rendah akan dipromosikan pada posisi yang mulia, bekerja di istana dan kerap kali bertindak atas nama raja/kepala negara. Karena dungu dan banyak bicara, mereka akan membocorkan rahasia istana kepada umum. Bagi mereka yang tidak menyukai raja, ini merupakan kesempatan utnuk menyebarkan gosip; karena itu raja akan tidak dipercayai. Rakyat akan kehilangan kepercayaan dan rasa hormatnya kepada Raja dan keluarga kerajaan. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang. Orang-orang yang tidak setia akan muncul dari dalam.
Mimpi ke-8
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang berbagai kendi besar dan kendi kecil terletak pada tempat yang sama. Orang berdesak-desakan utnuk menuangkan air ke dalam kendi-kendi yang besar sampai airnya tumpah, sebaliknya tak seorangpun yang mau menuangkan air ke dalam kendi-kendi yang kecil.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orang-orang akan memilih berdana barang-barang yang baik dan berharga kepada para bhikkhu yang berkedudukan tinggi dan senior. Bhikkhu-bhikkhu senior ini lalu akan menerima terlalu banyak makanan dan pemberian, sebaliknya bhikkhu-bhikkhu junior yang duduk disekitar tidak menerima apapun. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-9
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sebuah kolam besar. Air pada bagian luar sangat bersih, jernih dan sejuk, tetapi air di bagian tengahnya keruh dan berlumpur. Binatang-binatang besar dan kecil berkelahi untuk meminum air yang berlumpur, tetapi tak ada binatang yang mau meminum air yang bersih, jernih, dan sejuk itu.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orang-orang akan dipenuhi oleh keserakahan dan hawa nafsu. Mereka tak akan pernah mempunyai uang yang cukup. Mereka tidak menginginkan pekerjaan-pekerjaan yang bersih dan jujur tetapi bergaji kecil, yang tidak dapat memuaskan keserakahan mereka. Mereka berusaha mencari pengaruh dalam dewan nasional, sehingga mereka dapat mengatur negara serta sepenuhnya mengelola keuangan negara. Mereka akan berlaku licik dan tanpa rasa malu melakukan korupsi. Mereka akan puas hanya dengan mendapatkan banyak uang tanpa menghiraukan betapa kotornya cara mereka memperolehnya. Keadaan ini akan muncul pada setiap bangsa di seluruh dunia. Hal itu akan menjadi lebih dan lebih parah, yang mengakibatkan kekacauan di dalam tubuh dewan nasional, disana akan ada pertikaian terhadap posisi dimana mereka bisa mendapatkan uang yang lebih banyak. Mereka akan bertikai tentang siapa yang akan mendapat lebih banyak, siapa yang akan mendapat lebih sedikit, serta siapa yang tidak mendapatkan apapun. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-10
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang nasi yang ditanak dalam panci, pada satu bagian panci nasinya matang, pada bagian lain setengah matang, pada bagian yang lain lagi sama sekali tidak matang.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orang akan terpecah di dalam keyakinannya. Sekelompok orang akan percaya pada ajaran-ajaran Buddha Gotama, Dhamma sejati, yang ketika dipraktikkan sampai jenjang terakhir, benar dapat melenyapkan berbagai penderitaan. Kelompok ini akan mempercayai Nibbana, padamnya berbagai kekotoran batin dan penderitaan, sebagai tujuan dari jalan mulia. Mereka mempercayai bahwa ada neraka dan surga, bahwa kebajikan dan perbuatan jahat menyebabkan hasil baik dan buruk yang sesuai, dan tumimbal-lahir akan mengikuti kematian orang yang masih mempunyai kekotoran dan nafsu keinginan.
Kelompok yang lain akan ragu-ragu tentang apakah Jalan Mulia masih ada ketika agama Buddha sudah begitu lama. Mereka tidak yakin apakah ajaran Buddha Gotama tetap sempurna, serta apakah masih ada bhikkhu yang baik yang bisa mencapai tingkat Nibbana. Mereka penuh dengan keragu-keraguan.
Kelompok yang lain lagi menolak mempercayai keseluruhan dari Jalam Mulia, hasil-hasilnya, serta Nibbana. Diantara kelompok ini tidak ada hal seperti neraka atau surga, maupun akibat apapun dari kebaikan dan kejahatan, ataupun kehidupan setelah kematian. Menjelang akhir dari agama Buddha, orang akan memiliki lebih banyak lagi pandangan-pandangan salah.
Mimpi ke-11
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sekelompok orang menukarkan kayu wangi yang berharga dan mahal, hanya dengan satu mangkuk susu asam, yang tidak sebanding harganya.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, sekelompok orang akan memperdagangkan ajaran-ajaran Buddha Gotama demi uang. Mereka akan menulis berbagai buku tentang ajaran Buddha serta menjualnya sebagai penghidupan mereka. Mereka akan menyusun berbagai syair tentang ajaran serta mengajarkannya demi sesuatu yang nilainya tidak sebanding sebagai gantinya. Kejadian ini akan terjadi menjelang berakhirnya agama Buddha.
Mimpi ke-12
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sebuah botol labu kering dan berlubang yang tenggelam di dalam air, bukannya mengapung seperti mestinya.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orang yang baik, berpengetahuan luas, cerdas, baik para bhikkhu maupun umat awam, tak akan dikagumi dalam masyarakat. Mereka setiap saat akan dihalangi oleh orang-orang yang jahat dan penuh dosa. Orang-orang yang jujur dan memenuhi syarat, tidak akan mendapat kesempatan untuk dipilih di dalam dewan nasional, serta untuk memimpin negara. Kalaupun mereka terpilih, mereka tidak bisa mengabdi kepada negara secara penuh. Kelompok yang dapat disuap akan berusaha memecat mereka demi kepentingannya sendiri. Menurut pendapat orang-orang yang tidak jujur, orang yang baik adalah musuh mereka, karena mereka tidak akan bekerjasama di dalam kejahatan mereka. Jadi tidak akan ada orang baik pada masyarakat semacam itu.
Demikian pula, para bhikkhu yang sejati dan baik hati, yang berlatih sesuai dengan Jalan Mulia, tak akan dihormati. Orang-orang tidak ingin mengunjungi mereka atau mendengarkan ajaran mereka. Mereka dianggap kuno dan tidak terhormat. Orang-orang tidak akan memperhatikan dan menghormati mereka. Meskipun orang-orang ini kaya-raya, tetapi mereka tidak akan memberikan apapun kepada para bhikkhu atau mereka hanya memberikan sedikit. Para bhikkhu akan menjalani kehidupan kebhikkhuan dengan sulit. Oleh sebab itu, tidak ada orang yang mau memasuki kehidupan kebhikkhuan, dan terjadilah kelangkaan bhikkhu yang baik di dalam agama Buddha. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-13
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sebongkah batu yang sebesar rumah mengapung di permukaan air, seperti perahu layar yang kosong. Biasanya batu tenggelam di air, tetapi yang satu ini mengapung di permukaan air.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, orang yang jahat dan penuh dosa, yang tidak menjalankan sila apapun dan tidak bermoral, kejam, perayu dan tak tahu malu, akan dikagumi di masyarakat. Mereka akan mendapatkan kekuasaaan dan kemasyhuran serta mempunyai banyak pengikut dan pelayan. Umat awam seperti ini akan sangat dihormati, diterima dan disenangi oleh masyarakat. Sesungguhnya mereka adalah seperti cermin yang memantulkan keadaan dari masyarakat dan negara tersebut. Apakah masyarakatnya berkembang atau merosot, dapat dilihat dari cermin besar ini di dalam dewan nasional. Ini merupakan petunjuk, jendela, atau pintu dari masyarakat itu. Di suatu negara, wakil-wakil raja yang dipilih oleh masyarakat akan menunjukkan jenis masyarakat itu sendiri.
Dalam masyarakat bhikkhu dan bhikkhuni, agama bisa berkembang atau merosot adalah tergantung kepada empat kumpulan (4 kebutuhan pokok). Para bhikkhu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat. Bhikkhu akan dijadikan terkenal oleh umat awam yang supernatural dan kesucian sang bhikkhu. Ini adalah menurut kepercayaan si umat awam tersebut tentang yang mana yang Suci. Pada saat itu, para Arahat – mereka yang telah bebas dari kekotoran batin dan penderitaan, adalah tergantung pada kepercayaan para pengikut. Pengikut pada setiap tradisi kepercayaan akan mempunyai definisinya sendiri tentang Arahat. Mereka akan memberitakan latihan keras dari bhikkhu mereka secara berlebihan. Itulah mengapa batu padat mengapung di permukaan air. Para bhikkhu yang terkenal dengan jalan ini hanya akan menggunakan pakaian kebhikkhuannya untuk usaha mereka. Mereka menggunakan agama untuk penghidupan mereka. Menjelang berakhirnya agama Buddha, orang-orang akan kehilangan rasa hormat mereka kepada agama. Kepercayaan mereka akan merosot karena mereka melihat kelakuan yang tidak baik diantara para bhikkhu. Orang bijaksana yang kokoh dalam pertimbangan akan mencari bhikkhu yang benar. Menjelang berakhirnya agama Buddha, kejadian ini akan terjadi.
Mimpi ke-14
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang seekor katak pohon betina mengejar seekor kobra besar untuk disantap. Ketika ia menangkap kobra itu, ia segera menelan si kobra.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, para bhikkhu yang terkenal dan populer akan berbicara dengan kata-kata yang mengesankan. Mereka berkotbah seperti kobra mengembangkan kepalanya, memainkan peranan penting dalam masyarakat serta mendapatkan penghormatan dan kepercayaan dari masyarakat. Mereka menerima kekayaan, ketenaran, dan gelar yang begitu banyak sehingga mereka melupakan diri sendiri serta kehilangan kesadaran dan kebijaksanaannya. Mereka tidak memiliki pengendalian terhadap mata, telinga, hidung, lidah, dan pikiran mereka, serta membiarkan indera-inderanya menikmati berbagai bentuk, suara, bau, rasa, dan sensasi-sensasi sentuhan, sampai kesenangan hawa nafsu memenuhi benak mereka. Itulah mengapa “katak-pohon betina yang kecil” mempunyai kesempatan dan merencanakan untuk menyerang pikiran dengan muslihat serta kata-kata manis, sampai “binatang kecil itu” dapat menangkap dan menelannya pada saat yang tepat.
Mimpi ke-15
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sekawanan angsa keemasan mengelilingi burung gagak. Kemana saja burung gagak itu pergi, angsa keemasan itu mengikuti di sekeliling mereka.
Artinya: Jauh dimasa yang akan datang, bhikkhu-bhikkkhu yang baru saja ditahbiskan, yang masih lugu dalam Dhamma, akan mengelilingi para bhikkhu yang tidak bermoral. Para bhikkhu baru ini akan menghormati bhikkhu-bhikkhu tersebut sebagai guru mereka. Para bhikkhu yang tidak bermoral ini pandai dalam mendapatkan harta, persis seperti burung gagak dalam mendapatkan makanan. Mereka akan memberi kepada bhikkhu-bhikkhu baru tersebut bagian mereka dari harta itu. Itulah mengapa angsa
keemasan menyerah pada burung gagak. Menjelang berakhirnya agama Buddha, masyarakat kebhikkhuan akan berubah seperti ini. Jumlah bhikkhu yang tidak bermoral akan bertambah. Para bhikkhu junior yang tidak berpendidikan tak akan menjalankan aturan (vinaya) kebhikkhuan. Mereka tak akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, apa yang harus dikerjakan dan apa yang tidak, serta apa saja tugas mereka. Mereka akan memasuki kehidupan kebhikkhuan hanya karena tradisi. Kejadian ini akan terjadi jauh di masa yang akan datang.
Mimpi ke-16
Raja Pasenadi Kosala bermimpi tentang sekawanan kambing memburu seekor harimau dan mengunyahnya sebagai makanan.Demikian Sang Guru Agung menjelaskan makna dari enam belas mimpi yang aneh itu, menambahkan, "Yang Mulia bukanlah orang yang pertama yang mengimpikan mimpi-mimpi ini; mimpi-mimpi itu diimpikan juga oleh raja-raja pada kehidupan masa lalu dan kemudian seperti sekarang ini, brahmin-brahmin itu berdalih melalui mimpi itu untuk pengurbanan; kemudian dalam hal kebijaksanaan dan kebaikan, Bodhisattva ditanyai dan mimpi-mimpi itu dijelaskan oleh mereka pada masa yang lalu itu dengan cara yang sama seperti mereka menjelaskan sekarang. "Sambil berkata demikian atas pertanyaan raja, ia menceritakan cerita pada masa lalu.
Pada suatu waktu tatkala Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisattva dilahirkan sebagai seorang brahmin di negeri bagian selatan. Ketika ia mencapai usia dewasa ia meninggalkan keduniawian untuk menjalani kehidupan sebagai pertapa; ia telah memperoleh pengetahuan dan pencapaian yang lebih tinggi, dan bermukim di pedalaman Himalaya dalam kebahagiaan yang datang dari pengertian.
Pada waktu itu, yang justru dengan cara yang sama, Brahmadatta mengimpikan mimpi yang sama di Benares, dan bertanya kepada para brahmin perihal mimpi-mimpi itu. Dan para brahmin itu, kemudian sama seperti sekarang ini, mulai merencanakan pengurbanan-pengurbanan. Diantara para brahmin itu ada seorang brahmin muda yang bijaksana dan berpengetahuan, seorang siswa dari pendeta kerajaan, berbicara kepada gurunya, "Guru, engkau mengajarkan kepada saya ketiga vedas. Bukankah ada sebuah teks yang berkata "Perbuatan membunuh seekor makhluk hidup tidak akan memberikan kehidupan kepada yang lainnya?" "Anakku, ini berarti uang bagi kita, sejumlah uang besar,” jawab gurunya. “Anda rupanya hanya mau menghabiskan keuangan raja. Berbuatlah sekehendakmu guru," kata si brahmin muda, karena bagi saya sampai kapan saya harus berdiam lama-lama di sini denganmu? "Dan sambil berkata demikian, ia beranjak dari gurunya dan pergi sendirian ke taman kerajaan.
Bersamaan pada hari itu juga, Bodhisattva karena mengetahui semua ini berpikir dalam dirinya sendiri : Kalau hari ini Saya berkunjung ketempat orang mengunjungi tempat keramat-keramat, Saya akan bekerja untuk mengantarkan persembahan mereka yang sangat besar." Jadi dengan terbang di udara ia mampir di taman kerajaan dan duduk, dengan wajah bercahaya bagaikan sebuah patung emas di atas batu tempat upacara. Si brahmin muda datang mendekat dan sambil memberi hormat, lalu mengambil tempat duduknya di sisi Bodhisattva dengan cara bersahabat. Percakapan manis-manis telah berlalu; lalu Bodhisattva bertanya apakah brahmin muda menganggap raja telah memerintah dengan baik.
"Tuan," jawab orang muda itu, "Raja sendiri adalah orang baik: tetapi orang-orang brahmin itu menyebabkan raja memihak kepada setan. Karena diajak berkonsultasi oleh raja tentang enam belas mimpi yang ia mimpikan, maka para brahmin itu menangkap suatu kesempatan untuk suatu upacara pengurbanan dan merencanakan penggarapannya. Dengan demikian sejumlah besar binatang-binatang yang akan dipersembahkan menjadi ketakutan. Bagaimana jika Tuan yang menjelaskan kepada Raja apa makna sebenarnya dari mimpi-mimpi itu.
"Akan tetapi anakku, Saya tidak mengenal Sang Raja ataupun ia mengenalku. Meskipun demikian seandainya ia datang kemari dan bertanya kepada Saya, Saya akan memberitahu dia."
"Saya akan membawa kemari Sang Raja, Tuanku" kata si brahmin muda; "Seandainya Anda mau berbaik hati untuk menunggu di sini sebentar, sampai saya kembali." Dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bodhisattva, ia pergi menghadap raja, dan berkata bahwa telah turun ke taman kerajaan seorang pertapa yang terbang melalui udara, yang berkata bahwa Ia akan menjelaskan secara terperinci mimpi-mimpi Raja.
Ketika Raja mendengar ini, ia segera berangkat ke taman kerajaan. Dengan memberi hormat kepada pertapa itu, ia duduk disamping orang suci itu, lalu bertanya apakah benar bahwa ia tahu apa yang akan terjadi atas mimpi-mimpinya. "Tentu, yang mulia," berkata Bodhisattva; "Akan tetapi pertama-tama biarkanlah Saya mendengar dahulu mimpi-mimpi Yang Mulia.”
"Baiklah, Tuan," jawab Sang Raja. Dan Sribaginda menceritakan mimpinya dengan cara yang sama dengan apa yang telah digambarkan Raja Pasenadi.
“Cukup," berkata Yang Agung. "Yang Mulia tak perlu merasa kuatir atau ketakutan dari semua mimpi-mimpi ini. Mulai sekarang, oh Raja, janganlah bergabung dengan brahmin-brahmin itu dalam membunuh binatang-binatang untuk pengurbanan."
Setelah selesai bercerita, Sang Guru Agung berkata kepada Raja Pasenadi Kosala, "Anda tak perlu merasa kuatir atas mimpi-mimpi ini; jauhkanlah pengurbanan-pengurbanan.”
Kemudian Sang Buddha menunjukkan hubungan dan pengenalan kelahiran itu dengan berkata," Ananda adalah raja pada masa itu, Sariputta si brahmin muda itu dan Saya adalah si pertapa itu.
Comments
RSS feed for comments to this post